Langsung ke konten utama

Postingan

Katakan "THANK YOU"

Estimasi Waktu Baca:
Seorang kenalan menyapa via WhatsApp. Saya melirik ponsel sebentar, lalu tahu kalau si kenalan ini ternyata ingin minta bantuan. Katanya dia sudah bertanya ke teman yang lain, tapi tidak ada yang bisa membantu. Saya tidak pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya. Yang saya tahu hanya namanya.  Baru kenalan pun sehari yang lalu karena doi ini mengaku temannya teman saya. Foto di WhatsApp juga tidak jelas sehingga sulit mengenali si empunya wajah. Katanya dia betul-betul urgent ingin minta tolong. Saya tidak bisa membantu kala itu namun hanya coba memberikan banyak informasi yang mungkin bisa menjadi solusi. Seharian si kenalan mencoba bertanya ulang ke saya lagi dan lagi. Meskipun lagi sibuk babysitting , saya jadi tak tega dan ikut mencari informasi lain yang sekiranya bisa membantu.

Cowok Norwegia di Online Dating

Estimasi Waktu Baca:
Saya tidak pernah berpikir untuk kembali berkencan dan mencari teman jalan lagi di Norwegia. Terakhir kali menggunakan situs kencan adalah tahun lalu, saat masih di Denmark. Ketika saya masih jadi serial dater , lalu lelah sendiri sampai akhirnya bertemu seseorang yang menurut saya ' the one' . Sayangnya karena saat itu tahu harus LDR, kami sama-sama sepakat untuk putus hubungan. Sedih, patah hati, lalu malas mencari lagi, karena menurut saya cowok Eropa Utara itu rata-rata  untouchable dan sangat tertutup. Makanya saat bertemu si the one , saya tidak tertarik mengenal cowok mana pun lagi. Asal kalian tahu, mencari cowok yang kalian mau di Eropa Utara itu susah. Berbeda halnya jika kalian ke Barat, mungkin sudah jadi bahan rebutan alias mudah saja mendapatkan pasangan. Mengapa, karena cowok Barat lebih terbuka, berani, dan penasaran dengan identitas kalian. Asal dari mana, lagi apa di negara mereka, sudah berapa lama? Pokoknya mudah diajak diskusi dan jalan. Kali ini ...

Mengurus Anak Lebih Mudah Ketimbang Mengurus Tanaman

Estimasi Waktu Baca:
Beberapa waktu yang lalu saya melihat Instagram Story seorang teman berkata bodoh, “kelihatannya lebih mudah mengurus tanaman ya daripada mengurus anak”. Saya menahan napas sejenak. Lalu rasanya ingin saya kuncit mulut doi dan jambak rambutnya.  Segitunya saya, karena si teman ini guru TK dan mantan au pair juga. Yang saya tahu, anak-anak yang pernah diurusnya berusia 4-6 tahunan. Mungkin karena host kids -nya sudah cukup mandiri, makanya doi anteng saja mengajak main, mendadani, atau memberi makan. Beres. Saya sudah tiga kali jadi au pair dan anak-anak yang saya urus usianya beragam, mulai dari 3 minggu sampai 12 tahun. Jam terbang saya tentu saja lebih tinggi karena pengalaman mengasuh anak lebih banyak, terutama bayi. Sebagai informasi juga, saya pernah jadi guru TK selama lebih dari setahun setengah. Kalau disuruh memilih antara mengurus tanaman atau anak, tentu saja saya ingin menjerit lebih baik mengurus tanaman. Si tanaman tidak perlu kalian gendong, suapi, mandikan, a...

Denmark, Negara Terburuk untuk Au Pair

Estimasi Waktu Baca:
Memegang peringkat ke-3 (2018) sebagai negara terbahagia di dunia, tidak membuat Denmark menjadi tempat yang membahagiakan bagi para au pair. Terbukti dengan adanya wacana untuk melarang semua au pair non-Eropa di awal tahun 2018 kemarin, semakin menguatkan fakta bahwa peran au pair tidak lagi sama di negara ini. Au pair berasal dari bahasa Prancis "at par" atau "equal to" , yang mengindikasikan bahwa status au pair mesti disejajarkan, dianggap, dan diperlakukan seperti keluarga, bukan sebagai tukang bersih-bersih. Au pair mulai diperkenalkan di tahun 1840 saat keluarga kelas menengah merasa membutuhkan pengasuh untuk merawat anak-anak mereka di zaman perang. Biaya pengasuh saat itu sangat mahal, sehingga hanya bangsawan elit saja yang bisa membayar upah pekerja. Karena banyaknya permintaan inilah, gadis-gadis muda dari kelas menengah yang ingin mandiri dan menghasilkan uang sendiri bekerja sebagai pengasuh lepas. Agar gadis-gadis ini tidak sama layaknya ...

5 Hal yang Harus Dihindari Antar Au Pair

Estimasi Waktu Baca:
Dunia au pair itu sebetulnya sempit dan sederhana. Kamu tidak akan menemukan masalah terpelik di dalamnya selain problematika keluarga dan anak-anak. Meskipun au pair adalah program pertukaran budaya dipadu dengan part-time job , tapi entah kenapa ada saja yang menjadikan status ini sebagai kompetisi. Beda keluarga, beda perlakuan. Ibaratnya kamu bekerja di satu perusahaan, lalu teman mu kerja di perusahaan lain, pastinya treatment yang kalian dapatkan tidak akan sama. Mungkin konsepnya sama, sama-sama kerja 5-6 jam per hari. Tapi jadwal libur, tugas, serta fasilitas pastinya berbeda. Bagi kalian au pair senior atau pun au pair baru, berikut hal yang menurut saya menyebalkan dan harus dihindari:

Calon Au Pair, Waspada Penipuan!

Estimasi Waktu Baca:
Saya tahu, mimpi untuk ke luar negeri rasanya tidak pernah padam. Keinginan untuk segera berangkat, tinggal di negara empat musim, dan melihat salju sudah terpatri sekian lama. Setelah tahu bahwa au pair bisa membawa mu ke luar negeri dengan 'mudah', kamu pun sangat bersemangat mencari keluarga angkat di negara impian. Sayangnya, rasa suka cita calon au pair ini kadang tidak bersamaan dengan kewaspadaan. Tidak sedikit pembaca blog saya yang mengadu bahwa calon host family mereka terlihat mencurigakan dan minta uang. Saya perlu tekankan bahwa untuk jadi au pair itu tidak ada syarat deposito uang dimana pun. Kita hanya perlu menanggung biaya visa dan bayar biaya aplikasi ke imigrasi negara tersebut. Beberapa au pair ada yang harus menanggung tiket perjalanan mereka sendiri, tapi itu pun setelah ada kesepakatan dengan keluarga angkat. Ke Australia beda lagi, itu bukan pakai visa au pair, tapi Working Holiday Visa (WHV) . Makanya ada syarat menunjukkan bukti finansia...

Biaya Hidup (baca: Belanja) di Norwegia

Estimasi Waktu Baca:
Bagi orang Indonesia, biaya hidup di negara-negara Skandinavia memang terkenal sangat tinggi. Tapi kalau sudah tinggal, hidup, dan bekerja disini, kamu mulai berhenti membandingkan harga dengan di Indonesia karena para pekerja di tiga negara ini mendapatkan upah tinggi yang juga sepadan dengan biaya hidup besar tersebut. Saya beruntung bisa tinggal selama 2 tahun di Denmark yang biaya hidupnya pernah saya rincikan disini . Setelah hampir 8 bulan pindah ke Oslo, Norwegia, saya kadang masih suka membandingkan harga barang-barang di Oslo dan Kopenhagen. Biaya hidup di Norwegia dinilai salah satu dari yang tertinggi di Eropa dan dunia, sementara Oslo, masuk ke daftar salah satu negara termahal untuk ditinggali. Saya akui, uang saku  sebagai au pair di Norwegia memang lebih tinggi dibandingkan di Denmark dulu. Tapi pajak serta biaya hidup di Oslo yang tinggi juga membuat saya kewalahan mengatur keuangan . I am (indeed) stop comparing the price, but I can't stop spending money ou...