Langsung ke konten utama

Saat-saat Terdepresi Au Pair: Packing Time!



Berkemas ria menjelang keberangkatan atau kepulangan dari tempat jauh adalah satu dari beberapa kegiatan yang saya benci. Rasanya kalau membayangkan packing dan menyusun barang dalam koper, saya bisa berpikir dua kali untuk pergi ataupun pulang. Malas sekali memisahkan barang-barang penting yang akan dibawa dan memeriksanya kembali untuk memastikan tak ada yang tertinggal.

Selama jadi au pair, saya sudah tiga kali packing; sewaktu di Indonesia, saat kepindahan ke Laarne dari Londerzeel, dan yang sekali ini menjelang kepulangan ke Indonesia. Mengingat koper saya muatannya tidak terlalu banyak, saya memindahkan barang-barang lainnya ke backpack 40L yang saya bawa dari Indonesia. 

Sewaktu pindah dari Londerzeel, saya bahkan harus memindahkan beberapa barang duluan ke Laarne yang beratnya saja sudah bisa sampai 20kg. Karena emak asuh hanya bisa mengantar sampai stasiun kereta, mana mungkin saya bisa mengangkat banyak sekali bawaan dalam sekali waktu ke Ghent sendirian pula. Makanya saya tahan ke Laarne dua hari sebelum kepindahan membawa backpack berat isi baju dan dua kantong besar yang isinya peralatan gambar yang membuat lengan saya mendadak kaku. Di saat hari kepindahan pun, saya masih menyisakan satu koper plus dua kantong besar nan berat berisi sepatu dan buku-buku. Saking beratnya, saya bahkan meninggalkan banyak pakaian warisan emak di lemari yang sebenarnya masih layak pakai. 

Voila... Akhirnya sudah lebih dari tujuh bulan saya tinggal di Laarne dan tinggal menunggu hari pulang kampung yang tinggal seminggu lagi. Sejujurnya bukan persoalan akan pulang kampungnya yang saya malas, tapi membayangkan akan membersihkan satu rumah dan juga barang-barang untuk dikemas dalam koper. Kali ini saya akan pulang dengan pesawat kebanggaan dalam negeri, Garuda Indonesia. Alhamdulillah Garuda Indonesia memberikan bagasi gratis hingga 30kg. Saya tidak bisa membayangkan teman saya yang naik Lufthansa dan hanya diberi bagasi gratis sampai 23kg saja. Makanya dia cerita sampai harus membagi-bagi tempat untuk barang pribadi dan oleh-oleh keluarga.

Seminggu sebelum hari kepulangan, si emak sudah mengingatkan untuk membersihkan rumah dari jauh-jauh hari. Tapi nyatanya, rumah dan perkakas baru dibersihkan hari Jumat padahal Minggu pagi saya harus sudah angkat kaki dari Laarne. Rumah dua lantai itu pun mesti saya bersihkan bolak-balik dari lantai atas sampai bawah. Tapi yang paling lama pasti membersihkan perkakas pribadi di kamar yang 70 persennya adalah pakaian dan buku-buku yang sudah berserakan kemana-mana.

Agar tidak kebingungan, malas, dan ujung-ujungnya keteteran, berikut saya berikan beberapa tips packing kembali ke kampung halaman:

1. Kapasitas bagasi gratis

Cek dulu kapasitas maksimum bagasi dari maskapai yang akan kita gunakan. Beberapa pesawat timur tengah biasanya memberikan kapasitas bagasi hingga 30kg. Sementara pesawat Eropa seperti Lufthansa atau KLM hanya memberikan kapasitas hingga 23kg. Jika tidak keberatan menambah uang ekstra untuk kelebihan bagasi, tidak akan menjadi masalah. Namun jika mentok sampai 23kg, artinya banyak barang yang harus benar-benar kita seleksi mana yang sebaiknya dibawa mana yang dibuang. Iya, dibuang. Oh iya, jangan khawatir jika kelebihan 1-2kg, hal ini masih bisa ditolerir oleh kebanyakan maskapai.

2. Suvenir

Oleh-oleh biasanya hal pertama yang tidak boleh lupa diangkut ke Indonesia. Sebaiknya bagi beberapa oleh-oleh agar tidak terlalu makan tempat. Boleh saja menyisihkan uang oleh-oleh untuk keluarga kandung seperti orang tua, kakak, atau adik, dengan lebih spesifik seperti baju, kosmetik, atau parfum yang cukup langka (baca: mahal) di Indonesia. Baju-baju di Belgia sendiri sebenarnya tidak terlalu worth it untuk dijadikan oleh-oleh menurut saya. Selama tidak keberatan membeli produk Made in Asia, merek-merek komersil seperti H&M, ZARA, Mango, atau POLO memberikan diskon lumayan saat summer atau winter sale. Jika berniat membelikan kakak atau adik pakaian dari merek tersebut, sisihkan uang dan waktu untuk mencari selagi sale. Saya membelikan adik beberapa potong baju ukuran besar dan sepasang sepatu Extra Wide di NEXT seharga €18 karena kakinya lebar dan cukup kesusahan mencari sepatu yang pas di Indonesia.

Untuk teman dekat yang hanya beberapa biji bisa dicarikan gelang atau kalung lucu yang harganya €6-10 (coba cek showroomprive.be untuk diskon terbaru). Sementara untuk keluarga besar dan teman-teman lain bisa dibelikan beberapa boks cokelat, wafel kering, atau cuberdon, permen khas Belgia.

Untuk cokelat sendiri, merek-merek asli Belgia seperti Neuhaus, Godiva, atau Leonidas biasanya dijual €12-30 per boks sedang. Untuk alternatif cokelat murah meriah yang harganya hanya €1-3 per boks bisa dicari di Action atau Kruidvat. Cokelat-cokelat ini memang bukan asli buatan Belgia, tapi buatan negara tetangga seperti Belanda, Jerman, atau Italia. Untuk wafel kering sendiri bisa dicari di Del Haize dengan banyak pilihan merek dan harga. Untuk wafel lembut merek Lotus dijual €3-5 per kantung. Kalau ingin menambahkan beberapa magnet kulkas, postcard, atau patung porselain, bisa dicari di kios-kios kecil di Brussels untuk lebih banyak pilihan.

Oleh-oleh ini saja beratnya sudah bisa mencapai 5 hingga 10kg. Agar tidak tercecer, saya memasukkan oleh-oleh ini ke satu kotak sedang untuk dikemas. Kecuali pakaian atau sepatu yang bisa dipaksa masuk ke koper, makanan seperti cokelat atau biskuit lebih aman jika dijadikan satu saja. 

3. Pakaian

Sekarang pasti kebingungan menyeleksi pakaian pribadi yang akan diangkut ke Indonesia. Walaupun sudah bawa pakaian dari Indonesia, biasanya kita pasti akan belanja lagi mengikuti pergantian musim. Baju-baju musim dingin yang tebal-tebal tidak akan mungkin dibawa pulang semuanya karena tidak akan terpakai juga.

Sejujurnya, saya mesti "membuang" 60 persen baju-baju lama ke tong baju dan sepatu bekas. Tong baju dan sepatu bekas ini biasanya berwarna merah atau hijau yang tersebar di seluruh Belgia. Kalau memang harus "membuang", cobalah untuk membuangnya ke tong ini saja karena nantinya baju-baju bekas ini juga akan disumbangkan ke orang yang tidak mampu.
 

Textiel afval atau tong sampah untuk menampung baju bekas (foto: Alin)


Untuk menghemat tempat di koper, masukkan pakaian ke dalam space saver travel bag yang bisa dikempiskan dengan bantuan vacuum cleaner Ada cerita lucu dari orang-orang yang bepergian dari negara musim dingin, mereka harus menggunakan baju berlapis-lapis untuk menghemat tempat di koper dan terhindar dari kelebihan bagasi. Coat tebal khas winter memang tidak seharusnya dibawa ke Indonesia, namun kalau memang harganya mahal dan modelnya klasik, sayang juga dibuang kan? 

4. Sepatu

Setelah baju, biasanya ada sepatu. Biasanya sepatu au pair tidak hanya boot tinggi atau flat shoes, tapi bisa saja ada tambahan heels, sneakers, ankle boot, dan sandal summer baru. Kalau semuanya dibawa ke Indonesia, dipastikan akan menambah bobot bagasi. Coba seleksi lagi mana sepatu yang benar-benar bisa dipakai lagi di Indonesia dan mana yang hanya keren dipakai saat musim dingin. Sekali lagi, kalau memang sepatu tersebut berdaya tahan tinggi, mahal, dan cukup langka di Indonesia, no more excuse! Masuk koper! Saya juga sampai harus membuang empat buah sepatu lama dan hanya membawa sepasang flat shoes saja saat mendarat ke Indonesia karena awet dan nyaman.

5. Buku-buku kursus

Bagi yang cukup serius belajar bahasa dan mendalami hobi, biasanya akan direpotkan juga dengan perkakas berat lainnya seperti buku dan alat-alat penunjang hobi; seperti saya yang suka gambar, kertas warna-warni dan pewarna saja sudah memakan satu kantong besar! 

Buku-buku tebal yang saya anggap berguna dan akan dibaca lagi di Indonesia terpaksa saya masukkan tas tangan dan dibawa ke kabin. Sementara kertas dan peralatan gambar lainnya mesti saya bungkus rapi dan tinggalkan dulu di sudut rumah Laarne.

6. Kirim langsung ke Indonesia

Untuk baju dan pakaian yang biasanya memakan tempat paling banyak, seleksi lagi mana yang sudah out of date dan mana yang cukup keren untuk dibawa kembali ke Indonesia. Kalau memang masih banyak baju lama yang tersisa, coba jajalkan dulu ke website barang sekon untuk dijual, berikan ke pengelola barang bekas seperti Oxfam, sumbangkan ke teman yang masih tinggal di negara tersebut, atau "buang" saja ke tong baju bekas untuk diteruskan ke orang yang tidak mampu. Atau bisa juga mengepak barang-barang tersebut ke dalam kontainer dan dikirimkan lewat pos ke Indonesia. Biaya kirim paket via pos dari Belgia ke Indonesia 1-5kg seharga €60 (belum termasuk biaya kontainer). Untuk yang lebih aman, coba gunakan DHL atau Fedex yang pastinya dengan harga lebih mahal.

Setelah buang pakaian dan sepatu sana sini, minus buku-buku dan perkakas gambar yang berat, beginilah penampakan bagasi saya yang ternyata totalnya 33kg! Berat total bagasi ini termasuk kotak berisi oleh-oleh yang sudah dipisahkan duluan. Saya harus bongkar ulang backpack di bandara sebelum pemeriksaan dan membawa beberapa baju ke kabin hingga berat akhirnya 31kg.

Jangan lupa juga untuk mengemas laptop (jika ada) di tas terpisah untuk dibawa ke dalam kabin. Sempat ditaksir, barang yang saya bawa ke kabin termasuk laptop, buku-buku berat, dan beberapa boks cokelat saja sudah lebih dari 7kg. Wajar saja saat tiba di Cengkareng, tangan saya masih kram walaupun sudah sempat diajak bobok manis di atas Garuda Indonesia selama 14 jam! Pfftt..

This is why I despise packing!



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika