Langsung ke konten utama

Ketika Para Au Pair Mencari Cinta


Sebelum memutuskan jadi au pair di tahun 2014, ide saya tentang au pair hanyalah bisa travelling keliling Eropa selain membantu pekerjaan keluarga angkat di rumah. Saya tidak pernah menyadari bahwa beberapa bulan sebelum habis kontrak di Belgia, saya merasakan excitement lain yang ternyata bisa berbuah pengalaman selama tinggal di luar negeri.

Dulu sewaktu tinggal di Belgia, saya termasuk anak yang kurang aktif. Motivasi awal yang tinggi untuk belajar bahasa akhirnya harus terabaikan saat ada konflik batin dengan keluarga angkat.

Teman saya di Belgia tidak banyak dan semuanya au pair Indonesia. Awalnya, persoalan yang selalu dibahas kalau sedang kumpul hanyalah tentang tugas rumahan dan hari libur. Hingga akhirnya seorang teman menggebu-gebu bercerita kalau dia sedang asik textingan dengan banyak cowok Belgia di Tinder dan OKCupid.

Jujur saja, saya tidak pernah tertarik dengan aplikasi kencan online. Di Indonesia, aplikasi tersebut sangat sedikit sekali yang menggunakan.  Masih ada anggapan, orang yang pakai aplikasi semacam itu dinilai tidak laku dan sulit mendapatkan pasangan hingga harus mencari pacar virtual. Tapi saat itu saya sedang di Eropa, tempat dimana para individunya tidak sesosial orang Indonesia. Sulit sekali bisa berkenalan dengan orang baru tanpa harus kenalan lewat internet.

Iseng-iseng mencoba, saya akhirnya tertantang membuat profil di OKCupid. Saya hanya penasaran dengan ide dan konsep yang situs kencan ini tawarkan. Satu bulan membuat profil, saling bertukar pesan dengan beberapa cowok, lalu saya hapus akun tersebut. Membosankan. Cowok-cowoknya pun terkesan sok tau dan kaku.

"Coba saja pakai Tinder. Lebih simpel kok," saran seorang teman.

Sampai detik ini, Tinder masih laku keras di Eropa dan penggunanya pun masih banyak. Menjadi sangat normal para jomblowan/wati bertemu dari aplikasi ini, berkencan, lalu tak jarang memutuskan jadian. Sayangnya, Tinder sering pula berubah fungsi menjadi tempat mencari partner seks semata.

Saya awalnya tidak suka dengan konsep swipe right swipe left di Tinder. Kok, para cowok-cowok itu seperti barang di katalog yang bisa kita tolak ataupun suka dengan hanya bermodalkan ujung jari. Padahal yang kita lihat hanyalah foto dan tulisan super singkat di profil mereka. Jatuhnya seperti hanya menilai seseorang berdasarkan foto saja. Makanya, it's somewhat tough to make your profile bolder on Tinder!

Tapi meskipun begitu, setelah banyak desakan dari teman, saya coba juga aplikasi ini sekitar satu bulanan. Dari Tinder, saya memulai kencan pertama dengan cowok Belgia imut bernama Sibren. Gara-gara aplikasi ini juga, para au pair Indonesia yang saya kenal jadi autis geser kanan geser kiri setiap waktu. Bahkan Tinder kadang jadi ajang kompetisi sebanyakan matched hingga beratus-ratus.

Belum lagi soal curhatan mereka yang matched dengan cowok-cowok super kece, tapi tidak juga dikirimi pesan. Atau, beberapa kali juga para au pair ini hepinya bukan main ketika akhirnya diajak kencan dengan cowok lucu yang mereka temukan di Tinder.
 
Trust me, dating white guys in Europe is a feat! Mengapa? Karena kadang tidak menyangka bahwa ada cowok bule muda, lucu, keren, bisa suka dan mengajak jalan. Ada perasaan menyenangkan setiap kali saling sapa, chatting, hingga memutuskan berkencan dengan orang baru. Cowok-cowok di Belgia yang pernah saya kencani rata-rata sudah mapan dan punya mobil di usia yang masih muda. Makanya kencan pun bisa sangat eksklusif karena diantar jemput lalu diajak ke bar atau tempat makan.

Karena main Tinder bisa jadi candu dan merasa "laku", tak jarang juga misi para cewek hanyalah sekedar kencan-kencan lucu ataupun one night stand. Tak cocok dengan satu, bisa pilih-pilih lagi di Tinder. Pangsa market Tinder memang sangat menguntungkan untuk si cewek ketimbang cowok. Namun jangan salah, banyak juga cowok ganteng bertubuh atletis yang tidak mencari keseriusan tapi teman tidur saja. Tapi cowok sopan dan benar-benar niat mencari teman jalan atau pasangan pun juga banyak kok.

Waktu daftar di aplikasi kencan, tujuan saya memang bukan untuk cari pacar, tapi pengalaman dan teman jalan. Kalau ada yang mengatakan saya cantik dan seksi karena banyak sekali teman kencan, itu salah besar. Sudah kodratnya, cewek menang banyak kalau eksis di aplikasi online. Cukup diam saja, sudah banyak Like. Lagipula, berkencan dengan cowok beda negara ini merupakan pengalaman baru yang cukup seru.

Saya pun tidak terlalu pilah-pilih asalkan fotonya normal dan profilnya jelas. Karena memang tujuannya cari teman jalan dan pengalaman, saya sudah pernah kencan dengan cowok terjelek (versi teman saya) hingga terganteng dan super mapan. Kadang capek sendiri karena kebanyakan kencan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas.

Namun, banyak juga teman saya yang menemukan pasangan hingga jodohnya lewat aplikasi online. Menemukan orang yang tepat pun tidak bisa hanya ketemu satu orang, lalu cocok. Teman-teman au pair kadang harus gonta-ganti teman jalan dulu baru bisa menemukan yang benar-benar klik.

Jika ada yang tanya, sesulit itu kah dapat kenalan cowok di dunia nyata tanpa harus daftar di aplikasi kencan dulu? Jawabannya, iya! Sewaktu tinggal di Denmark, saya memutuskan menjadi orang yang super aktif dan sosial. Tapi tetap saja, tidak mudah kenalan dengan orang baru dan langsung cocok. Jangankan cari pacar, cari teman saja susah. Sempat juga beberapa kali kenalan dengan cowok di festival ataupun acara, tapi tidak ada status lebih dari kenalan.

Yang saya tahu, hampir semua au pair Indonesia di Eropa berkenalan dengan para cowok lewat aplikasi atau situs kencan online. Why not, it's easy. Lagipula orang Eropa kebanyakan dingin dan cuek kalau ketemu langsung. Mereka baru akan terbuka kalau kita sudah kenal dan setidaknya bertukar informasi. Ada sih yang kenalan langsung di dunia nyata, tapi sangat sedikit. Itu pun biasanya tidak jauh berkenalan di bar ataupun klub malam. Too lame, right?

Meskipun begitu, saya ikut bahagia saat tahu teman sesama au pair ada yang sampai menemukan pasangan via online. Tapi kadang sedih juga kalau gara-gara pacar ini, si teman jadi anti-sosial. Kegiatan yang tadinya hang out dan nongkrong setiap weekend dengan teman, harus berubah menjadi kunjungan ke rumah pacar. Niatnya tadi bisa menambah teman baru dan bersosialisasi saat masa au pair, kadang jadi menarik diri karena sudah ada pacar yang menemani.

Padahal tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan tinggal di luar negeri. Namun sayangnya, karena sedang dimabuk cinta dengan si pacar beda negara, para au pair seperti kehilangan kesempatan menikmati host country dan travelling ke negara lainnya. Rutenya hanya rumah host family - rumah pacar - rumah host family - rumah pacar.

Tidak ada yang salah memang jika mereka bahagia. Apalagi kalau si pacar termasuk orang yang sosial dan punya banyak teman. Kita mungkin bisa ikut kumpul-kumpul dengan gengnya saat days off.

Namun, yakin ingin memutuskan pacaran? Bukankah masa kontrak au pair hanya berkisar 12 hingga 24 bulan? Sudah siapkah pacaran lalu tiba-tiba harus kembali ke negara asal? Apakah siap juga untuk memilih LDR menyambung tali kasih? Ataukah jalani saja hubungan ini sampai ada kata putus?

Apapun pilihan si au pair, kebanyakan dari mereka juga sebenarnya mencari keseriusan. Dari rasa serius terhadap pasangan ini lah, banyak au pair mengejar cintanya agar bisa tinggal di Eropa bersama si pacar. Namun lagi-lagi, tidak gampang. Pacaran bukan hanya mengejar green card ataupun kesenangan, tapi mesti bersiap juga untuk drama, sakit hati, dan kekecewaan. Girls, modern dating is tough, especially if you are living overseas.

Ada yang tertarik mencari cinta di Eropa?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa