Langsung ke konten utama

Ayo Belajar Bahasa Asing!

Apa yang kalian lakukan di rumah saat sedang galau, bad mood, kesepian, ataupun bosan tiada tara?

Nonton TV atau DVD?
Dengar radio?
Curhat sama teman?
Jalan ke mal?
Atau tidur-tiduran di kasur, pasang AC, sekalian BBMan sama someone?

Semuanya tidak ada yang salah. Semuanya bisa kita lakukan untuk membunuh rasa bosan dan jenuhnya rutinitas setiap hari. Tapi tahu apa yang biasanya saya lakukan saat sedang bosan dan malas sekali melakukan aktifitas di luar? BELAJAR BAHASA ASING!

Lho kok, sedang bosan masih sempet-sempetnya belajar? Belajar bahasa asing pula! Bahasa Inggris aja belum lulus ini. Yuhuuu.. Entah kenapa daripada berkeluh kesah dan mikirin si doi yang belum tentu mikirin kita (duilee..curhat) saya lebih menikmati buku-buku traveling ataupun buka Youtube untuk belajar bahasa asing. Saya merasa selain kegiatan ini positif, pikiran juga teralihkan dari rasa bosan yang kadang membuat saya mau teriak sejadi-jadinya.

Terus apa sih enaknya belajar bahasa asing? Bukannya bahasa Inggris aja belum tentu sampai tingkat 'lumayan' ya? Tidak ada waktu nih belajar bahasa asing, tidak ada mentornya, tidak ada partner ngomongnya.

Nah, ada beberapa alasan yang membuat saya mau belajar bahasa asing dan merasa perlu sekali untuk mempelajarinya. Yang jelas satu, kita mesti punya passion ataupun minat untuk belajar dulu. Susah juga sih untuk belajar kalau minatnya belum terbangun. Lagipula tidak setiap orang punya kemampuan di bidang linguistik alias bahasa. Saya sebenarnya juga tidak memiliki passion di bahasa asing, bakat dan minat saya pun sebenarnya lebih ke seni ataupun desain. Saya juga baru mulai belajar bahasa asing beberapa bulan ini. Tapi kok jadi nyandu ya? Berikut alasan saya mengapa merasa kita perlu mempelajari bahasa asing: 

1. Karena saya suka traveling. Sungguh, walaupun tidak begitu membantu saat menanyakan suatu tempat saat kesasar, tapi kata-kata sederhana seperti "terima kasih", "halo", "maaf", ataupun "sampai jumpa" dalam bahasa mereka membuat saya merasa dihargai oleh penduduk lokal. Saat berkesempatan ke Thailand tahun lalu, saya mati-matian mempelajari bahasa mereka. Tidak penting ya sepertinya? Tapi kok saya malah jatuh cinta ya sama bahasa itu. Hohoho.. Tapi sedihnya saya akhirnya menyerah juga mempelajari bahasa Thai gara-gara malas belajar hurufnya yang keriting-keriting itu. Hehe.. Di Thailand sendiri saya akhirnya cuma mengingat kata-kata dasar seperti "halo" dan "terima kasih". :p

2. Menambah kemampuan bahasa asing. Kalau kamu ada keinginan untuk melanjutkan studi di luar negeri ataupun tertarik bekerja di perusahan multinasional, tentunya kemampuan bahasa asing sangat diperlukan. Saya sendirinya sebenarnya sangat tertarik melanjutkan studi ke Eropa kalau ada kesempatan (dan dapat beasiswa gratis : p ). Makanya saya mulai memperkaya kemampuan saya untuk menguasai setidaknya dua bahasa asing selain Bahasa Inggris (yang masih pas-pasan ini).

3. Kamuflase. Kenapa saya bilang kamuflase? Bahasa asing ini sebenarnya ibarat penyamaran. Saya pernah sangat kesal pada someone (eheemm..) dan nyindir dia lewat Twitter. Hahahaa..typical sekali ya. Kalau ditulis pakai bahasa Indonesia, pasti si doi ngerti dong. Pakai bahasa Inggris juga pasti si doi bakalan ngerti. Akhirnya saya nyindir alias ngatain dia pake bahasa Spanyol! Hahahaa.. Untungnya dia bukan termasuk orang yang kepo-an (kopi terus tempel di Google Translate) untuk tahu apa yang sedang saya tulis.

4. Tebar pesona sama bule atau orang asing. Eh ini serius, waktu di bandara saya tidak sengaja bertemu dengan cowok dari Taiwan yang mau ke Bali. Gara-gara dulunya sering nonton film Meteor Garden jadinya saya spontan langsung ngomong ni hao ma (apa kabar?) saat tahu dia dari Taiwan. Tahu reaksi dia? Wah, dia surprise dan berbinar banget (asli, hiperbolik!). Saya sampai ditepok-tepokin segala lagi. Dari situ akhirnya dia jadi welcome dan friendly banget, padahal sebelumnya agak-agak 'males' gitu. Tuh kan, cuma gara-gara 'apa kabar?' doang?!

5. Meningkatkan rasa percaya diri. Tahu dong kalau sekarang lagi masa-masanya globalisasi. Jadi mau tidak mau kita juga sebenarnya 'harus' ikut globalisasi ini. Kecuali kalau kita mau menetapkan diri sebagai makhluk 'tertinggal' selama-lamanya. Dalam era globalisasi ini, tentunya persaingan bakalan semakin ketat dan kita juga mesti meningkatkan kemampuan agar bisa bersaing. Kalau kamu merasa tidak berbakat di dunia tarik suara ataupun bisnis, sebenarnya menguasai setidaknya dua bahasa asing bisa meningkatkan rasa percaya diri. Saya merasa kemampuan desain dan sains saya biasa-biasa saja, nyanyi tidak bisa, musik apalagi, ya sudah saya harus percaya pada kemampuan diri di bidang lain.

6. Bisa ngajarin orang lain dan dapet duit saku. Haha.. Asli, tiba-tiba otak bisnis saya berjalan gara-gara melihat peluang bagus. Di kota saya, sulit sekali mencari mentor yang bisa berbahasa asing dengan baik. Sialnya kalaupun mau belajar bahasa, saya harus otodidak dan bolak-balik cari ilmu di Youtube. Memang sih otodidak kesannya lebih 'rajin', tapi tetap saja dong, saya butuh seseorang yang mampu menjadi guide saya disaat saya salah ataupun perlu bantuan (muka miris). Makanya saya niat banget belajar bahasa asing terus nantinya mau diajarin ke orang-orang di kota saya yang membutuhkan mentor privat. Memang sih, level bahasa asing saya masih basic, tapi suatu hari nanti saya percaya kok dimanapun dan kapanpun ada saja orang yang butuh. Makanya dari sekarang banting tulang membuat si lidah ini terbiasa ngomong dengan bahasa alien. Hehe..

Nah, itulah alasan kenapa akhirnya saya punya passion untuk belajar bahasa asing dan merasa kalau mempelajarinya perlu. Kalau kamu juga punya passion yang sama, ayo mulai belajar bahasa asing dari sekarang! Yakinlah, tidak akan rugi mempelajari bahasa asing manapun.


Komentar

  1. hai kak..
    salam kenal..
    ntah knp rasanya saya sgt terlambat sekali..
    skrg uda umur 25 tp blm bisa fasih bhs inggris.
    cita2 jg pengen bs travelling atau tinggal d luar negeri.
    sangat ingin rasanya bisa menguasai berbagai macam bahasa.
    dan ntah knp semua itu baru aku sadari skrg.
    skrg baru tau ada yg namanya au pair.
    selama ini cuma cari2 info beasiswa.
    tp inggris masih blm trlalu bagus.
    mau persiapan segala macam rasanya mungkin umur 27 baru bisa ya..
    hahaha..
    tp yg namanya belajar ga ada kata terlambat kan ya..
    dengan baca blog ini jadi kmbli semangat lg.

    BalasHapus
  2. Seseru itu ngikutin ceritanya, akhirnya sampe ke sini 😄

    BalasHapus
  3. Lebih baik telat, dari pada tidak sama sekali. Keinginan untuk belajar ke Luar Negri dengan beasiswa masih membara, walaupun usia sudah menginjak 32 tahun. Saya masih mengikuti kursus Online dengan pengajar asing dan bergabung di Komunitas Bahasa Inggris.

    Jujur, banyak sekali orang yang bertanya dengan keputusan saya untuk Belajar Bahasa Inggris dan mempersiapkan IELTS test. Mereka berpikir tidak penting sih. Tapi...., ya emang masih kepikiran omongan orang-orang sih. Ya sudahlah

    Alhamdulillah, saya masih semangat belajar dan latihan Bahasa Inggris dengan menonton Film, mendengarkan podcast dan bermain Video Game di Playstation.

    Semangat Semangat Semangat Semangat Semangat Semangat Semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun! Jauh juga ya kamu baca udah sampe sini aja. Haha..
      Flashback tulisan lama ku jadinya xD

      Emang yang boleh kuliah di LN tuh cuma anak2 muda doang kah? :) Gak dong!
      Usia 32 mah masih muda bangeeeet! Masih bisa ganti karir, kuliah lagi, belajar lagi, atau menemukan hobi baru. Gak ada banget kata terlambat.

      Hah? Siapa yang bilang belajar bahasa Inggris dan siap2 untuk IELTS gak penting??? Bakalan jadi penting kalo emang mau daftar kuliah di LN. Jadi PNS pun tetep disuruh tes bahasa Inggris kok -- meski banyak yang beli sertifikat :p

      Kamu terus semangat ya belajar bahasanya :) Masih muda banget!! Masih banyak kesempatan utk belajar dan dapet beasiswa. Meski memang kebanyakan beasiswa S2 hanya diperuntukkan untuk maksimal 35. Tapi kamu belom telat, masih ada 3 tahun lagi untuk belajar!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika